Pages

DISQUS

DISQUS
Subscribe:

Sabtu, 16 Juni 2012

catatan subuh 8




[TRIBUTE TO CATATAN SUBUH IDE KONYOL]
Hai... Penikmat catatan subuh... Kali
ini kita cerita ringan tapi jika kita
mau merenungkan akan terasa
dalam sekali maknanya....
Pernah ada seorang tua yang hidup
di desa kecil. Meskipun ia miskin,
semua orang cemburu kepadanya
karena ia memiliki kuda putih
cantik. Bahkan raja menginginkan
hartanya itu. Kuda seperti itu belum
pernah dilihat begitu
kemegahannya, keagungannya dan
kekuatannya.
Orang menawarkan harga amat
tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi
orang tua itu selalu menolak, "Kuda
ini bukan kuda bagi saya," ia akan
mengatakan. "Ia adalah seperti
seseorang. Bagaimana kita dapat
menjual seseorang. Ia adalah
sahabat bukan milik. Bagaimana
kita dapat menjual seorang
sahabat."
Orang itu miskin dan godaan besar.
Tetapi ia tetap tidak menjual kuda
itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa
kuda itu tidak ada di kandangnya.
Seluruh desa datang menemuinya.
"Orang tua bodoh," mereka
mengejek dia, "sudah kami katakan
bahwa seseorang akan mencuri
kudamu. Kami sudah peringatkan
bahwa kamu akan dirampok. Anda
begitu miskin. Mana mungkin anda
dapat melindungi binatang yang
begitu berharga? Sebaiknya anda
sudah menjualnya. Anda boleh
minta harga apa saja. Harga setinggi
apapun akan di bayar juga.
Sekarang kuda itu hilang dan anda
dikutuk oleh kemalangan."
Orang tua itu menjawab, "Jangan
bicara terlalu cepat. Katakan saja
bahwa kuda itu tidak berada di
kandangnya. Itu saja yang kita
tahu; selebihnya adalah penilaian.
Apakah saya di kutuk atau tidak,
bagaimana Anda dapat ketahui itu?
Bagaimana Anda dapat
menghakimi?"
Orang protes, "Jangan
menggambarkan kita sebagai orang
bodoh! Mungkin kita bukan ahli
filsafat, tetapi filsafat hebat tidak
diperlukan. Fakta sederhana bahwa
kudamu hilang adalah kutukan."
Orang tua itu berbicara lagi, "Yang
saya tahu hanyalah bahwa
kandang itu kosong dan kuda itu
pergi. Selebihnya saya tidak tahu.
Apakah itu kutukan atau berkat,
saya tidak dapat katakan. Yang
dapat kita lihat hanyalah sepotong
saja. Siapa tahu apa yang akan
terjadi nanti?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut
mereka orang itu gila. Mereka
memang selalu menganggap dia
orang tolol; kalau tidak, ia akan
menjual kuda itu dan hidup dari
uang yang diterimanya. Sebaliknya,
ia seorang tukang potong kayu
miskin, orang tua yang memotong
kayu bakar dan menariknya keluar
hutan lalu menjualnya. Uang yang
ia terima hanya cukup untuk
membeli makanan, tidak lebih.
Hidupnya sengsara sekali. Sekarang
ia sudah membuktikan bahwa ia
betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu
kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke
dalam hutan. Ia tidak hanya
kembali, ia juga membawa sekitar
selusin kuda liar bersamanya. Sekali
lagi penduduk desa berkumpul di
sekeliling tukang potong kayu itu
dan mengatakan, "Orang tua, kamu
benar dan kami salah. Yang kami
anggap kutukan sebenarnya berkat.
Maafkan kami."
Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian
bertindak gegabah. Katakan saja
bahwa kuda itu sudah balik.
Katakan saja bahwa selusin kuda
balik bersama dia, tetapi jangan
menilai. Bagaimana kalian tahu
bahwa ini adalah berkat? Anda
hanya melihat sepotong saja.
Kecuali kalau kalian sudah
mengetahui seluruh cerita,
bagaimana anda dapat menilai?
Kalian hanya membaca satu
halaman dari sebuah buku.
Dapatkah kalian menilai seluruh
buku? Kalian hanya membaca satu
kata dari sebuah ungkapan. Apakah
kalian dapat mengerti seluruh
ungkapan? Hidup ini begitu luas,
namun Anda menilai seluruh hidup
berdasarkan satu halaman atau
satu kata.Yang anda tahu hanyalah
sepotong! Jangan katakan itu
adalah berkat. Tidak ada yang tahu.
Saya sudah puas dengan apa yang
saya tahu. Saya tidak terganggu
karena apa yang saya tidak tahu."
"Barangkali orang tua itu benar,"
mereka berkata satu kepada yang
lain. Jadi mereka tidak banyak
berkata-kata. Tetapi di dalam hati
mereka tahu ia salah. Mereka tahu
itu adalah berkat. Dua belas kuda
liar pulang bersama satu kuda.
Dengan kerja sedikit, binatang itu
dapat dijinakkan dan dilatih,
kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang
anak laki-laki. Anak muda itu mulai
menjinakkan kuda-kuda liar itu.
Setelah beberapa hari, ia terjatuh
dari salah satu kuda dan kedua
kakinya patah. Sekali lagi orang
desa berkumpul sekitar orang tua
itu dan menilai.
"Kamu benar," kata mereka, "Kamu
sudah buktikan bahwa kamu benar.
Selusin kuda itu bukan berkat.
Mereka adalah kutukan. Satu-
satunya puteramu patah kedua
kakinya dan sekarang dalam usia
tuamu kamu tidak ada siapa-siapa
untuk membantumu. Sekarang
kamu lebih miskin lagi."
Orang tua itu berbicara lagi, "Ya,
kalian kesetanan dengan pikiran
untuk menilai, menghakimi. Jangan
keterlaluan. Katakan saja bahwa
anak saya patah kaki. Siapa tahu itu
berkat atau kutukan? Tidak ada
yang tahu. Kita hanya mempunyai
sepotong cerita. Hidup ini datang
sepotong-sepotong."
Maka terjadilah 2 minggu kemudian
negeri itu berperang dengan negeri
tetangga. Semua anak muda di
desa diminta untuk menjadi tentara.
Hanya anak si orang tua tidak
diminta karena ia sedang terluka.
Sekali lagi orang berkumpul sekitar
orang tua itu sambil menangis dan
berteriak karena anak-anak mereka
sudah dipanggil untuk bertempur.
Sedikit sekali kemungkinan mereka
akan kembali. Musuh sangat kuat
dan perang itu akan dimenangkan
musuh. Mereka mungkin tidak akan
melihat anak-anak mereka kembali.
"Kamu benar, orang tua," mereka
menangis, "Tuhan tahu kamu benar.
Ini membuktikannya. Kecelakaan
anakmu merupakan berkat.
Kakinya patah, tetapi paling tidak ia
ada bersamamu. Anak-anak kami
pergi untuk selama-lamanya."
Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak
mungkin untuk berbicara dengan
kalian. Kalian selalu menarik
kesimpulan. Tidak ada yang tahu.
Katakan hanya ini: anak-anak
kalian harus pergi berperang, dan
anak saya tidak. Tidak ada yang
tahu apakah itu berkat atau
kutukan. Tidak ada yang cukup
bijaksana untuk mengetahui. Hanya
Allah yang tahu."
Member ikon yg bijak, sebenernya
kita hanya tahu sepotong dari
seluruh kejadian. Kecelakaan-
kecelakaan dan kengerian hidup ini
hanya merupakan satu halaman
dari buku besar. Kita jangan terlalu
cepat menarik kesimpulan. Kita
harus simpan dulu penilaian kita dari
badai-badai kehidupan sampai kita
ketahui seluruh cerita....
Yang paling penting, sebaiknya kita
susun kehidupan kita ke arah mana
hidup yg kita tuju ini...
Karena sebenernya manusia
diciptakan hanta untuk beribadah
kepada-Nya. Itu hakekat
sebenarnya.

0 komentar:

Posting Komentar