Pages

DISQUS

DISQUS
Subscribe:

Jumat, 15 Juni 2012

Catatan subuh 5


[TRIBUTE TO CATATAN SUBUH IDE KONYOL]


Beberapa bulan yang lalu di meja resepsionis sebuah hotel, saya melihat suatu kejadian yang bagus sekali, bagaimana seseorang menghadapi orang yang penuh emosi.


Saat itu pukul 17:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu-tamu baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja dengan nada memerintah. Pegawai tersebut berkata, “Ya, Pak, kami sediakan satu kamar ‘single’ untuk Anda.”

“Single,” bentak orang itu, “Saya memesan double.”

Pegawai tersebut berkata dengan sopan, “Coba saya periksa sebentar.” Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, “Maaf, Pak. SMS Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh.”

Tamu yang berang itu berkata, “Saya tidak peduli apa bunyi SMS itu, pokoknya saya mau kamar double.”

Kemudian ia mulai bertingkah “Kamu -tau-siapa-saya,” diikuti dengan “Saya akan bikin agar kamu dipecat. Kamu lihat nanti. Saya akan buat kamu dipecat.”

Di bawah serangan gencar, pegawai muda tersebut menyela, “Pak, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda.”

Akhirnya, sang tamu yang benar-benar marah itu berkata, “Saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus di hotel ini lagi sekarang, manajemennya benar-benar buruk,” dan ia pun keluar.

Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si pegawai pasti marah setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua dengan salam yang ramah sekali “Selamat malam, Pak.”

Ketika ia mengerjakan rutin yang biasa dalam mengatur kamar untuk saya, saya berkata kepadanya, “Saya mengagumi cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar2 sabar.”

“Ya, Pak,” katanya, “Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban emosinya sendiri. Orang yang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia merasa rendah diri, dan ini adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya.”

Pegawai tadi menambahkan, “Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.” Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, “Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.” Hmmm (⌒˛⌒) 

0 komentar:

Posting Komentar