Pages

DISQUS

DISQUS
Subscribe:

Sabtu, 16 Juni 2012

catatan subuh 6




[TRIBUTE TO CATATAN SUBUH IDE KONYOL]
Kejadian ini terjadi di sebuah kota
kecil di Taiwan, tahun berapaan
udah lupa. Dan sempat
dipublikasikan lewat media cetak
dan electronic. Ada seorang pemuda
bernama A be (bukan nama
sebenarnya). Dia anak yg cerdas,
rajin dan cukup cool. Setidaknya itu
pendapat cewe2 yang kenal dia.
Baru beberapa tahun lulus dari
kuliah dan bekerja di sebuah
perusahaan swasta, dia sudah
dipromosikan ke posisi manager.
Gajinya pun lumayan.Tempat
tinggalnya tidak terlalu jauh dari
kantor.
Tipe orangnya yang humoris dan
gaya hidupnya yang sederhana
membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia,
terutama dari kalangan cewe2
jomblo. Bahkan putri owner
perusahaan tempat ia bekerja juga
menaruh perhatian khusus pada A
be.
Di rumahnya ada seorang wanita
tua yang tampangnya seram sekali.
Sebagian kepalanya botak dan kulit
kepala terlihat seperti borok yang
baru mengering. Rambutnya hanya
tinggal sedikit di bagian kiri dan
belakang. Tergerai seadanya
sebatas pundak. Mukanya juga
cacat seperti luka bakar. Wanita tua
ini
betul2 seperti monster yang
menakutkan. Ia jarang keluar
rumah bahkan jarang keluar dari
kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting.
Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu
kandung A Be. Walau demikian,
sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan routine layaknya ibu
rumah tangga lain yang sehat.
Membereskan rumah, pekerjaan
dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan
lain-lain. Juga selalu memberikan
perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be
adalah seorang pemuda normal
layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat
menyeramkan itu membuatnya
cukup sulit untuk mengakuinya.
Setiap kali ada teman atau kolega
business yang bertanya siapa
wanita cacat dirumahnya, A be
selalu menjawab wanita itu adalah
pembantu yang ikut Ibunya dulu
sebelum meninggal. “Dia tidak
punya saudara, jadi saya tampung,
kasihan.” jawab A be. Hal ini sempat
terdengar dan diketahui oleh
sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih
sekali. Tetapi ia tetap diam dan
menelan ludah pahit dalam
hidupnya. Ia semakin jarang keluar
dari kamarnya, takut anaknya sulit
untuk menjelaskan pertanyaan
mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang Ibu
kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit
cukup parah. Tidak kuat bangun dari
ranjang. A be mulai kerepotan
mengurusi rumah, menyapu,
mengepel, cuci pakaian,
menyiapkan segala keperluan
sehari-hari yang biasanya di
kerjakan oleh Ibunya. Ditambah
harus menyiapkan obat-obatan
buat sang Ibu sebelum dan setelah
pulang kerja (di Taiwan sulit sekali
cari pembantu, kalaupun ada mahal
sekali). Hal ini membuat A be jadi BT
(bad temper) dan uring-uringan di
rumah.
Pada saat ia mencari sesuatu dan
mengacak-acak lemari ibunya, A be
melihat sebuah box kecil.
Di dalam box hanya ada sebuah
foto dan potongan koran usang.
Bukan berisi perhiasan seperti
dugaan A be. Foto berukuran
postcard itu tampak seorang wanita
cantik. Potongan koran usang
memberitakan tentang seorang
wanita berjiwa pahlawan yang telah
menyelamatkan anaknya dari
musibah kebakaran. Dengan
memeluk erat anaknya dalam
dekapan, menutup dirinya dengan
sprei kasur basah menerobos api
yang sudah mengepung rumah.
Sang wanita menderita luka bakar
cukup serius sedang anak dalam
dekapannya tidak terluka
sedikitpun. Walau sudah usang, A be
cukup dewasa untuk mengetahui
siapa wanita cantik di dalam foto
dan siapa wanita pahlawan yang
dimaksud dalam potongan koran
itu. Dia adalah Ibu kandung A be.
Wanita yang sekarang terbaring
sakit tak berdaya.
Spontan air mata A be menetes
keluar tanpa bisa dibendung.
Dengan menggenggam foto dan
koran
usang tersebut, A be langsung
bersujud disamping ranjang sang Ibu
yang terbaring. Sambil menahan
tangis ia meminta maaf dan
memohon ampun atas dosa-
dosanya selama ini. Sang ibupun
ikut menangis, terharu dengan
ketulusan hati anaknya. “Yang
sudah-sudah nak, Ibu sudah
maafkan.
Jangan di ungkit lagi”. Setelah
sembuh, A be bahkan berani
membawa Ibunya belanja ke
supermarket.
Walau menjadi pusat perhatian
banyak orang, A be tetap cuek
bebek. Kemudian peristiwa ini
menarik perhatian kuli tinta
(wartawan). Dan membawa kisah ini
ke dalam media cetak dan
elektronik. Ketika membaca kisah
ini di media cetak, saya sempat
menangis karena tidak sempat
bersujud di hadapan mamaku.
Mamaku telah meninggal 3 th lebih
saat itu.
Sahabat catatan Subuh yang masih
punya Ibu (Mama atau Mami) di
rumah, biar bagaimanapun
kondisinya, segera bersujud di
hadapannya. Atau angkat telpon
jika ibu kita jauh, Selagi masih ada
waktu ya.

0 komentar:

Posting Komentar